Palopo, sulselprov.go.id - Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin bersama Pj Wali Kota Palopo Asrul Sani, mengikuti upacara Mappacekke Wanua, sebelum pelaksanaan peringatan Hari Ulang Tahun Palopo ke-22, di Halaman Kantor Wali Kota Palopo, Senin, 29 April 2024. Mappacekke Wanua ini turut dihadiri Ketua Dewan Adat Kedatuan Luwu Andi Sitti Huzaimah Mackulau Opu Daeng RI Pajung (Cenning Luwu), Anggota Dewan Adat 12 Kedatuan Luwu, serta Anggota DPRD Sulsel Fadriyati.

Diketahui, Mappacekke Wanua merupakan ritual adat yang bertujuan untuk mendinginkan negeri, baik untuk hajatan besar maupun berbagai cobaan yang menimpa wanua atau negeri, khususnya di Tana Luwu. 

Kegiatan tersebut pertama diawali dengan Mallekke War, yang merupakan prosesi pengambilan air yang disucikan, yang akan menjadi air untuk mappacekke. Tempat pengambilan air suci di dubung parani, yang berada di halaman Istana Kedatuan Luwu.

Adapun kelompok penjemput air suci terdiri dari pengawal pasukan tombak, pembawa lellung, pembawa sinrangeng, pasukan paroniang, pasukan oje dan pengikut. 

Air suci ini akan diarak bersama dari Istana Kedatuan Luwu menuju Kantor Wali Kota Palopo, yang kemudian disemayamkan di posi' kartar Wali Kota Palopo.

Kemudian dilanjutkan dengan maddoja roja, ini adalah prosesi berjaga semalam, yang dimaksudkan sebagai proses menjaga kesadaran atau paringerrang, yang juga dilaksanakan di Kantor Wali Kota Palopo. 

Prosesi ini diisi dengan kegiatan Maleriniu Lahoja yang berupa pembacaan zikir dan doa keselamatan untuk negeri. Kelompok peserta Mattemmu Lahoja terdiri dari orang-orang yang dianggap memiliki
kemampuan dan pendalaman ilmu agama.

Dilanjutkan dengan mangngeppi yang merupakan proses memercikkan air suci yang telah disemayamkan dan dibacakan doa pada seluruh wanua atau negeri, di halaman Kantor Wali Kota Palopo. 

Adapun rangkaian kegiatan penyambutan Pj Gubernur Sulsel, Bahtiar Baharuddin, dengan tarian dan angngaru di gerbang Kantor Wali Kota Palopo. Selanjutnya ri padupan lellung, serta dipayungi menggunakan kain lellung.

Kemudian, seorang Sanro menarik tangan Pj Gubernur menggunakan lawolo friwate lawolo, menuju tempat acara.

Prosesi selanjutnya adalah ri Pattuddui Umpasikati, Pj Gubernur Bahtiar menghentakkan kaki menghancurkan guci yang telah disiapkan. Kemudian menuju tempat duduk yang telah disediakan. (*)